Studi yang dilakukan baru-baru ini oleh peneliti dari University of Alabama, Birmingham melihat hubungan antara perbedaan cuaca dengan skor tes kognitif yang dilakukan terhadap 14.000 warga Amerika dewasa dengan usia 45 tahun ke atas.
Dari hasil studi itu, peneliti menemukan bahwa mereka yang terdeteksi sedang dalam depresi mengalami penurunan fungsi kogntif karena skor tes yang dhasilkannya menurun dalam kurun waktu dua minggu.
Hal ini berbeda dengan mereka yang tergolong depresi namun tinggal di daerah yang banyak terkena sinar matahari atau sering jalan-jalan dan mendapatkan hangatnya sinar matahari.
Penemuan yang dipublikasikan dalam Journal Environmental Health itu mengungkapkan bahwa orang yang depresi dan kurang terkena sinar matahari berisiko mengalami pelemahan otak dua kali lebih besar dari mereka yang mendapat sinar berlimpah.
Namun para peneliti masih mencoba mencari alasan untuk fakta itu. Mereka juga ingin mengetahui apakah kurangnya sinar matahari akan memperparah situasi depresi yang sedang dialami atau tidak.
"Secara teori, sinar matahari mempengaruhi fungsi kognitif seseorang melalui cara kerja yang sama dengan yang terjadi pada perubahan mood. Sinar matahari membantu mengatur level dua hormon, yaitu melatonin dan serotonin. Kedua hormon itulah yang mempengaruhi mood seseorang dan juga penyakit SAD," ujar Shia T. Kent, a Ph.D seperti dilansir Reuters, .
"Dari studi ini ternyata terbukti bahwa hormon melatonin dan serotonin juga mempengaruhi fungsi kognitif otak, terutama mereka yang sedang dalam keadaan depresi atau moodnya kurang baik," ujar Ken.
Adanya fakta baru ini juga memungkinkan terapi cahaya diterapkan untuk para pasien penderita SAD. Jadi, tunggu apa lagi? keluarlah dari ruangan dan dapatkan sinarmatahari untuk otakmu.
Tapi ati2 jangan lupa tabir surya biar nggak gosong....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar